#64 HIJAB (1) PERKENALAN, KENYAMANAN DAN DAMPAK

pict by pinterest 


        Setiap orang memiliki ceritanya sendiri dalam menemukan arti hijab. Bagiku saat itu, hijab bukan sekedar penutup kepala, tapi juga perjalanan hati yang penuh ragu dan harapan. Saat itu, aku berusia 12 tahun. Sebuah tahapan umur yang masih cukup dini untuk pengambilan keputusan yang besar. Masa peralihan dari sekolah dasar menuju sekolah menengah pertama menjadi titik awal aku mulai mengenakan hijab. Tidak ada pergolakan batin, tidak pula berpikir panjang. Semua serba berjalan begitu saja. 

    Kala itu, nenek ku sempat bertanya "kenapa berhijab? nanti panas lo, gerah kamu kan masih suka lari larian" tanya nya. Dengan yakin aku menjawab "gak papa, aku sudah besar, sudah tau benar salah jadi berhijab itu yang benar". Kalau saat ini mengingat kembali kejadian itu, rasanya sebuah pernyataan yang berani dan tegas yang terucap. Keberanian mengambil keputusan untuk berhijab saat itu hanya bermodal kalimat "Aku sudah besar dan tau mana yang benar dan mana yang salah" 

    Tidak ada salahnya memang, dan seharusnya begitu. Namun, perjalanan yang singkat dalam menemukan Tuhan ini membawaku pada banyak bahkan ribuan keraguan tentang keputusan ku saat itu. Kalau bisa aku gambarkan kembali bagaimana dan seperti apa perasaan ku saat itu, hari ketika aku memutuskan untuk berhijab. Seperti aku menemukan diriku yang baru, menemukan kepastian dan keyakinan dari sebuah harapan dan perjalanan. 

    Kedua orang tua sangat mendukung. Meskipun aku tidak lahir dari keluarga yang agamis, namun ayah dan ibu mendukung keputusanku selama itu baik dan tidak melanggar norma sosial dan agama. Berhijab, merupakan hal dan keputusan besar yang memang sepatutnya tidak perlu dipikirkan terlalu lama. Keputusan seorang anak 12 tahun itu rasanya banyak benarnya. 

    Kalau orang bilang pertama kali berhijab mereka merasa panas, gerah dan tidak terbiasa, maka berbeda dengan ku. Saat itu, aku sangat nyaman, rasanya aku terlihat semakin cantik. Aku bisa memadu madahkan dengan berbagai model baju yang lucu dan gemas. Sepertinya alasan berhijab saat itu sedikit banyak juga karena FOMO. Trend baju dan hijab yang lucu lucu memudahkan ku untuk beradaptasi dengan style yang baru. Saat itu, aku menikmati setiap proses dalam berhijab. 

    Aku melihat diriku yang baru, menemukan sepotong demi sepotong kebenaran dan kenyamanan dalam berhijab. Selayaknya anak SMP, aku masih suka lepas hijab sembarangan di rumah dan hanya memakai ketika bersekolah. Dengan hijab, aku merasa ada rem yang Tuhan ciptakan untuk menjaga etika dan moral sehingga saat itu aku tergolong anak yang tidak bermasalah. Prestasi ku bagus, dan aku menganggap hijab banyak menyelamatkan ku dalam beberapa situasi saat itu. Namun, aku menemukan sisi lain dalam berhijab ketika memasuki masa SMA. Masa ketika semua terlihat lebih seru dan menyenangkan dari sebelumnya 

Komentar

Postingan Populer