#19 TENTANG TANGIS TAWA YANG TIDAK TERSAMPAIKAN

pict by pinterest

Aku kembali mengingat sebuah pertanyaan di hari itu. Ia pernah ingin tau dari mana datangnya inspirasi seorang penulis. Menurut pendapatnya, inspirasi penulis datang ketika sedang berbahagia atau sedang berduka. 

Jika hari itu, aku pernah menjawab kepadanya bahwa sebagian besar tulisanku datang ketika berbahagia, maka kali ini aku buktikan bahwa inspirasi penulis juga kerap kali datang ketika ia sedang bersedih. 

Hari ini aku marah. 

Entah bagaimana aku harus menyikapi semua permasalahan yang berperang di kepala. 
Aku tidak bebas dalam melepas tangis. Air matanya ada, tapi sengaja aku tahan agar tidak keluar. Aku membenci situasi dimana aku harus mendengar semua keluhan sedangkan aku, aku juga manusia yang punya banyak hal ingin ku ceritakan. 

Sekalipun aku tidak pernah ditanya apakah aku bahagia? apakah aku menderita? apakah aku jatuh cinta? atau apakah aku sedang terluka?

Lagi pula siapa peduli? aku tegaskan, siapa peduli? 

Aku merasa diriku yang dulu sudah hilang. Aku yang banyak bercerita, aku yang banyak bicara, aku yang ceria. Mungkin, siapapun yang mengenal ku sejak lama, akan kecewa ketika bertemu denganku yang hari ini. 

Aku yang sudah dingin, aku yang tatapan nya sudah tidak se-hangat dulu, aku yang menjadi pendiam, aku yang lebih suka menyendiri dan sedikit bercerita. 

Bagian tersedih nya bukan itu,

Mungkin saja, aku sudah lupa bagaimana menjadi aku yang dulu. Rumah yang seharusnya bisa menjadi tempat paling nyaman untuk pulang, nyatanya adalah tempat paling kejam yang merubah ku pelan pelan. 

Hari itu, dia juga sempat bertanya apa yang sebenarnya aku inginkan? lalu kala itu aku menjawab, aku hanya ingin pulang. Bagiku itu sudah cukup menyenangkan. 

Tapi 

Ternyata aku salah, mungkin saat itu harusnya kujawab, aku ingin tetap disini. Menjauh dari situasi yang paling aku benci, bertemu orang orang yang kerap kali membuatku untuk terus memaksa agar air mata enggan untuk berderai kembali. 

Sekarang, aku menyadari bahwa tempat untuk pulang tidak harus rumah, tidak harus keluarga, tidak harus orang tua. 

Rumah akan selalu menyimpan ruang yang tepat untuk meluapkan segalanya. Rumah akan selalu menjadi tempat paling aman untuk menumpahkan semua cerita. Ia tidak akan menghakimi emosimu, atau mengesampingkan air matamu. Ia akan selalu menjadi tempat yang tepat untuk bagaimanapun kondisi mu. 

Dan aku baru menyadari bahwa selama ini, aku belum pulang ke rumah.  

Komentar

Postingan Populer