#30 SUARA SUARA YANG TERTAHAN

 

pict by pinterest

Merawat Demokrasi 


20 Oktober 2024. Titik nol pemerintahan Prabowo Gibran dimulai. Diikuti dengan sederet nama tenar yang dikenal masyatakat. Ada yang mantan musisi, bahkan mantan napi. Rasanya bahasa yang saya gunakan terlalu halus selama ini. Bagi saya, seorang mahasiswa tingkat akhir dari 10 Kampus terbaik di Indonesia merasa malu. 

Malu untuk mengakui bahwa saya seorang Indonesia. 

Saya mencintai bangsa ini, sebagaimana ketika perjalanan hidup membawa saya kesana kemari bertemu orang penting ring 1 Istana, hingga mengenyam pendidikan ke negara tetangga. Saya tidak pernah lepas untuk mengakui bahwa "Saya seorang Indonesia" 

Tapi, sejak 20 Oktober 2024, ketika presiden dan wakil presiden terpilih mengumumkan "para pembantu" pemerintahannya. Saya merasa dibodohi. Idealis seorang mahasiswa saya dilecehkan dengan mengangkat sosok sosok tidak kompeten bahkan terkesan jual beli jabatan. Wakil menteri Hukum terpilih contohnya, rasanya baru kemarin pemberitaan kasus korupsi yang menjadikannya tersangka berderar dimana mana. Namun 20 Oktober lalu, orang yang sama diambil sumpahnya untuk menerima jabatan di institusi yang sempat membawanya ke penjara. 


Rasanya Indonesia perlu banyak belajar. 

Belajar untuk mengutamakan kompetensi, dan kejujuran. 


Saya, sebagai generasi penerus yang boleh jadi 10 tahun, 15 tahun atau 20 tahun kedepan akan menjadi pemimpin merasa diberi contoh bobrok untuk sebuah narasi tentang merawat demokrasi. 


Rasanya, tidak ada lagi alasan saya mencintai negeri ini. Saya merasa kejujuran yang ditanamkan, kompetensi yang saya asah, dan jiwa kebangsaan yang saya pelihara sudah tergadai, hilang dan tidak tertebus. 


Bagi saya, indonesia tetap tanah air. Tapi untuk merubah dan membangun, saya ingin mencari tempat dimana kejujuran saya dihargai, kompetensi saya di akui. 


Seperti Habibie. Mungkin nama dan citra nya tidak seharum para pendiri bangsa ini. Tapi bagi saya, habibie adalah nasionalis. Kontroversi melepas timor timur adalah bentuk merawat demokrasi. Habibie memang teknokrat, tapi juga politisi. Meskipun kebijakan dan keputusannya mengundang kontroversi tapi setidaknya ia memutuskan dengan hati nurani. 


Saya mungkin bukan siapa siapa, tapi bukan berarti saya tidak akan jadi siapa siapa. 


Tulisan ini dibuat dengan kesadaran penuh, bahwa sejatinya saya sebagai mahasiswa yang belajar tentang hukum, politik, dan tata pemerintahan sedang diberi ilmu penting yang tidak didapatkan di bangku kuliah. 


Ilmu tentang berdiri tegak tanpa rasa malu. 


Selamat bertugas, semoga tetap ingat rakyat. 



Komentar

Postingan Populer