#14 MATCHA, AMERICANO DAN LADY KILLERS II

pict by writer

Boleh hari ini kita makan diluar ? tanya nya padaku ketika aku sedang sibuk menata beberapa kertas dan memasukkan dalam satu map. 

Hari ini? boleh. Kemana? 

Kemana saja, tempat yang kamu suka. Kamu boleh bawa teman atau siapa saja, roommate, atau siapapun. 

Aku hanya terdiam, sibuk memikirkan siapa yang kiranya akan ku ajak keluar juga. Situasinya akan canggung kalau hanya berdua. 

Baiklah, nanti akan ku ajak teman inasis ku. Jawabku singkat, dan tersenyum. 

Sesaat setelah aku diturunkan tepat didepan inasis ku dan kami saling melambai tangan, aku segera berlari ke tangga untuk menuju ke kamar teman temanku. Ketika aku bertanya kepada mereka, semua orang sedang memiliki janji dengan orang lain juga untuk makan di luar. 

Baiklah, sepertinya memang semesta sedang entah memberi kesempatan atau malah ujian. Pukul 2.30 p.m janjiku bertemu dengannya di mobil. 

Sendirian? temenmu ? 

Mereka sudah ada janji untuk makan diluar. Jawabku. 
anehnya, aku melihat ia tersenyum. Meskipun aku tidak benar benar menatapnya, aku tahu bahwa dia sedang tersenyum dibalik kacamata hitam nya itu. 

Baguslah. 

Hari ini mau makan apa dan dimana? 

Kemana saja, tempat yang ingin kamu datangi, makanan yang ingin kamu coba. 

Segera aku membuka handphone untuk melihat beberapa wish list yang sudah aku simpan hingga berdebu didalam memo. Hingga pencarianku terhenti pada sebuah cafe yang sebenarnya sudah sering aku datangi, namun belum dengan dia. 

Boleh kesini dulu? tempat makannya nanti kita tentukan setelah aku membeli minum disitu. 

As you wish. Jawabnya singkat. 

Sepuluh menit didalam mobil, adalah waktu tercanggung bagi kami. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Kami hanya sama sama menikmati spotify yang saat itu berputar lagu Lady Killers II 

Aku suka lagunya. 

Lagu ini? Ini lagu party. 

Memangnya kenapa ? tanyaku. 
Tak ada jawaban, dia hanya menatapku. Melihat mataku dalam dalam. 

Kau tau apa yang membuat mu begitu menarik? 

Apa? 

Kau sulit ditebak. 
Setelah jawaban itu, keheningan kembali menyelimuti kami berdua. Suasana didalam mobil begitu canggung. Banyak interpretasi nya, dan parahnya aku dilarang terbawa perasaan atau terbawa suasana yang mendadak begitu mendukung dengan adanya rintik hujan. 
Tak lama, kami berhenti di sebuah cafe yang sebelumnya sudah kutunjukkan. 

Americano Double Shoot 1. Ucapnya 
Japanese Genmaicha Latté 1. Pesanku. 

Lalu, aku bertanya

Mengapa kau menyukai Americano. Double shoot pula, bukannya dia hanya memberimu rasa pahit. 

Bukannya menjawab pertanyaan ku, dia berbalik bertanya padaku. 

Lalu, apa yang membuatmu menyukai Matcha? Rasanya?

Sebenarnya, dulu aku tidak terlalu menyukainya. Terlebih aku menyimpan kenangan kurang manis didalam matcha. 

Lalu, kenapa sekarang menyukainya ? 

Entahlah, aku menyukai saja. 

Lalu apa bedanya? Aku juga menyukai saja. Bukankah untuk menyukai kita tidak perlu alasan pasti. Perihal kenangan yang tertinggal dalam gelas matcha mu kala itu, aku harap mulai hari ini ketika kamu memesan matcha, kamu mulai mengenang hari ini. 

Aku terdiam. 
Mengambil cup matcha, mencecap pelan pelan. 
Mencerna ucapannya. 

Lalu, kami sama sama diam. Panjang. Hingga lagu yang sangat kami hafal berputar.  

Komentar

Postingan Populer