#39 BARU KALI INI AKU BENAR BENAR MUAK

 

pict by pinterest

Hidup dan tinggal di keluarga Asia akan memberimu risiko bahwa kenyataannya kamu dibuat seolah tidak memiliki kontrol atas dirimu sendiri. Belakangan aku banyak menonton film maupun serial barat yang menunjukkan kedekatan dan pola asuh keluarga dengan cara barat. Ada satu hal yang mendasari mengapa aku jadi sangat terinspirasi pola asuh demikian yaitu minimnya judgemental kepada anak dan memperlakukan anak selayaknya orang dewasa. 

Begini, biar aku jelaskan. Aku adalah seorang anak perempuan dari keluarga yang bisa dibilang sederhana. Tidak banyak fasilitas mewah atau mumpuni yang aku dapatkan sejak kecil. Lahir dan besar di Indonesia, terlebih suku jawa aku banyak menerima perlakuan yang mungkin akan dianggap normal bagi sebagian orang dan dianggap kekerasan bagi sebagian lainnya. 

Pertama, sebagai seorang anak yang lahir di Asia, sudah barang tentu orang tua menerapkan pola mengasuh proksimal atau gaya asuh timur. Pola asuh ini mengedepankan posisi orang tua yang lebih dominan dibandingkan anak. Hampir dalam segala hal, aku di batasi dalam berpendapat sejak aku kecil. Pilihan pilihan memang diberikan tapi akan dengan sekuat tenaga apabila pilihan ku berseberangan dengan pilihan orang tua, maka mereka akan memberi seribu alasan bahwa pilihan itu salah. Intinya, peran orang tua "terlalu ikut campur" dalam hal krusial seorang anak. Ini menyebabkan di usiaku yang sekarang mengambil keputusan sangatlah sulit dan menjadi lebih banyak pertimbangan dan asumsi. 

Kedua, orang tuaku cenderung menekan meskipun dengan tidak secara terang terangan mereka akan sedikit lebih banyak menuntut untuk kesuksesan anaknya. Mereka menerapkan bahwa seorang anak harus membalas budi kedua orang tuanya. Hal ini sungguh kontradiktif dengan film yang sempat ku tonton dimana pola pengasuhan distal atau cara barat memosisikan bahwa anak tidak memilih untuk dilahirkan, sehingga tidak ada paksaan dan tuntutan bagi seorang anak untuk kemudian menanggung orang tuanya. 

Sebentar, biar sedikit aku jelaskan. Bukan berarti aku enggan merawat orang tua ku di masa tua nanti. Tapi, aku hanya ingin mendapat sedikit kebebasan untuk menentukan kapan aku akan menikmati hidup kapan aku harus berjuang untuk kesuksesan.

Perbedaan cara memposisikan anak dari rata rata orang Asia dengan orang Eropa juga pastinya memberikan dampak yang signifikan dalam cara pandang dan tumbuh kembang anak. Meskipun anak anak Asia lebih penurut tetapi terdapat harga mahal yang harus dibayar oleh anak tersebut dengan kesulitan meluapkan emosi. Mereka akan dianggap minor dalam keluarga. Sehingga, perasaan, argumen maupun luapan emosi yang ada dalam diri anak dianggap salah dan tidak sepantasnya dikeluarkan. 

Membicarakan positif dan negatif dari pola pengasuhan ini tentu tidak akan ada habisnya. Semua orang akan memiliki argumen dan asumsi masing masing terhadap pola asuh mana yang menurut mereka benar. Namun, belakangan aku mulai mempertimbangkan pola asuh barat apabila nanti aku memiliki anak dan telah berkeluarga. Saat ini, sebagai seorang anak, aku merasa banyak hal dalam diriku yang diliputi awan hitam dimana tidak seorang pun mengetahui bagaimana jadinya jika awan hitam itu mencuat keluar. 

Dalam pencapaian apapun, aku sangat jarang mendengar dari orang tua ku sendiri kalau mereka cukup bangga akan prestasi ku. Meskipun kerap kali aku mendengar dari orang orang bahwa orang tua ku begitu bangga, tapi ada kalanya seorang anak ingin mendengarnya langsung dari kedua telinga mereka bahwa orang tua nya bangga. 

Afirmasi positif sangat jarang ku dapatkan, terlebih orang tua ku keduanya sama sama merasa bahwa peran anak adalah dibawah orang tua. Apapun argumennya, mereka harus yang pertama dan utama. 

Segala trauma juga mereka limpahkan kepada ku, banyak hal dan ucapan yang menurutku tidak pantas diucapkan pada kondisi tertentu tapi bagi mereka itu adalah hal bercandaan yang harus bisa aku maklumi. 

Untuk anak ku suatu hari nanti, mungkin mama akan dan masih terus belajar menjadi orang tua yang menganggapmu sebagai manusia, yang pendapatmu adalah perlu dan segala emosimu penting. Tapi percayalah, untuk sampai pada pemikiran itu, aku melewati banyak hal yang kuharap kamu tidak akan membenci siapapun dalam cerita itu.  

Komentar

Postingan Populer