#27 CERITA PROFESI: OJEK ONLINE

 

pict by pinterest

Hari ini, sepulang dari sebuah acara talkshow di kampusku, aku menggunakan jasa ojek online untuk pulang ke tempat kakak ku yang kemudian akan bersama kakak ku untuk pulang ke rumah. 

Maaf ya kak, terlambat. Tadi macet di jalan soalnya habis hujan. jelas bapak ojek online itu. Aku hanya mengangguk tanda mengiyakan lalu tersenyum. 

Beliau memberiku sebuah helm. Maaf ya kak, helmnya basah tadi saya kehujanan. Jelasnya kembali. 

Gapapa kok pak. Jawabku kemudian. Beberapa menit berjalan kami hanya diam. Hingga bapak itu bertanya tentang lokasi drop off ku. 

Ke jalan X blok Y ya mbak? tanya nya memastikan. 

Iya pak, jawabku singkat. Setelahnya percakapan kami jadi berkembang. 

Kakak semester berapa? Pertanyaan klasik yang sering ditanyakan bapak ojol ketika lokasi pick up di dalam kampus. 

Semester 7 pak, biasa... ke kampus seminggu sekali aja. Jelasku, sengaja kutambahkan informasi lainnya agar diperjalanan kami punya topik obrolan. 

Ini kakak ngekos disini? tanya bapak itu kembali memastikan. Sepertinya bapak ojol ini tahu bahwa lokasi kos-kosan yang dimaksud bukan untuk perempuan. 

Oh enggak pak, itu kosan kakak saya. Saya pulang barengan sama kakak saya. Jawabku sambil tersenyum. 

Oh gitu, kakak asli sini? Tanya nya lebih lanjut. 

Iya pak, saya asli sini. Tapi tempat tinggal saya bukan di kota melainkan di kabupaten. Jawabku sambil sedikit terkekeh. 

Oala, gitu ya kak, ini tadi hujan deres banget kak, jalanan sampai banjir. Tadi pas kakak tanya saya sudah dekat atau belum, saya takut di cancel. Terangnya kembali. 

Oh, gapap kok pak, maksud saya tadi kalau bapak masih lama, saya mau beli makan dulu jadi biar bapak gak nunggu kelamaan. Jawabku. 

Percakapan kami sempat terhenti beberapa menit. Ter-distrack suasana jalanan pasca hujan yang selalu ramai. Orang orang memdatai jalanan, untuk mencari makan, melanjutkan perjalanan bahkan hanya jalan jalan karena suasana setelah hujan selalu menyenangkan. 

Memangnya, sering di cancel ya pak? tanya ku kembali. 

Sering kak, kalau di cancel pagi itu bakal susah dapet orderan selanjutnya kak. kadang sampai siang belum ada orderan juga. Nah, kalau udah begitu nanti pasti review drivernya jadi jelek dan itu ngaruh banget kak ke driver. Keluhnya. 

Emm, gitu ya pak. kalau kerja jadi ojek online gini status bapak di perusahaan bagaimana? karyawan atau gimana pak? telisik ku lebih jauh. 

Kalau kami statusnya mitra kak, Franchise lah kasarnya. Jawabnya kembali. 

Sebagai mitra, hak hak bapak apakah sudah terpenuhi oleh perusahaan? kalau saya lihat pekerjaan bapak cukup beresiko. Kalaupun bapak sudah hati hati di jalan, tapi belum tentu orang lain hati hati. Tanyaku lebih lanjut. 

bapak itu tertawa. 

Enggak kak, kalau pemimpin kami punya pemikiran seperti kakak, pasti kami sudah sejahtera. Jawabnya. 

Kalimat itu cukup menghentakku, memangnya pemikiran seperti apa yang sudah aku pikirkan sampai bapak ini berkesimpulan demikian. 

Kenapa saya pak? tanya ku. 

Selama saya jadi driver kak, belum pernah saya ditanya apakah hak-hak saya sebagai mitra sudah dipenuhi. Kami, para driver selalu  diperlakukan "driver" dimana customer bisa seenaknya nyuruh cancel dan memarahi kami. Bahkan perusahaan kami saja belum pernah membela kami bila terjadi keributan dengan customer. Kami tidak lebih dari sapi perah yang digunakan sebagai alat untuk memperkaya pemilik perusahaan. Ceritanya panjang lebar. 

Aku terkejut, bagiku menanyakan hal itu adalah wajar, sebab setiap pekerja yang bermitra maupun berstatus sebagai karyawan selama hal itu bentuk dari kepanjangan kaki tangan perusahaan dan melakukan pekerjaan beresiko, maka sudah sepantasnya mendapat proteksi berupa asuransi. 

Aku tidak pernah menyangka, pertanyaan yang bagiku amat sederhana dan wajar adalah hal yang tidak pernah ingin diketahui oleh orang lain. 

Sehat selalu bapak ojol, semoga rezeki yang lancar nan berkah selalu tercurahkan. 

Komentar

Postingan Populer