#7 SESEORANG YANG AKU TEMUI DI TRANSJAKARTA
tulisan ini diawali atas dasar rasa syukur ku yang mendalam atas keberkahan yang dilimpahkan Allah setiap harinya padaku. pagi ini, suasana transjakarta dari arah puri beta cukup lengang. tidak banyak yang naik tije sehingga tidak perlu buru buru untuk mengejar bus ini. dari kejauhan aku melihat seorang dengan keterbatasan fisik. seorang tuna netra usianya seusia tanteku.
beliau memakai baju yang sopan, bersih dan rapi. duduk tepat disampingku, dengan seorang pendamping yang aku prediksi adalah anaknya. berusia masih belasan mungkin masil awal belasan. buru buru aku persilahkan duduk dan anaknya duduk tepat di bangku urutan berikutnya.
sepertinya, ibu ini tau kalau dia tidak sedang duduk sendirian. terimakasih ya mbak. katanya singkat.
oh iya ibu, sama sama, mau kemana bu kok pagi sekali? tanyaku berikutnya. wajar aku bertanya demikian, sebab jamku berangkat kantor pukul 05.15 pagi sudah barang tentu kalau berangkat di jam segitu ada urusan penting yang harus dikerjakan.
antar anak saya sekolah, nanti turun di halte CSW 1 mbak. balasnya dengan senyuman.
aku hanya tersenyum balik dan mengiyakan. sejujurnya aku iri dengan anak ibu ini. dengan keterbatasan ibunya, masih bisa berupaya untuk mengantar anaknya ke sekolah. berbeda denganku, mama ku seorang pekerja, demikian ayahku. sudah pasti tidak ada waktu hanya untuk mengantar anak ke sekolah.
mbaknya wangi, pasti cantik ya. saya disilahkan duduk juga. baik. lanjut ibu itu sembari mencoba meraih tanganku.
ah tidak bu, biasa saja. saya hanya akan berangkat kerja, mungkin saya pakai parfumnya kebanyakan. jelasku seadanya.
obrolan kami berlanjut membicarakan ini itu hingga aku lupa setelah pembicaraan yang mana, ibu itu berkata
"mbak, kalau sayang sama orang jangan ngelihat fisiknya. fisik itu bisa menua dan habis. kalau kita sayang sama orang hanya karena fisik, bagaimana kita bisa sayang ke-Tuhan yang tidak bisa kita lihat fisiknya."
sebuah deretan kalimat yang mulus lancar keluar dan menusuk tepat di hatiku. kemudian ibu itu turun karena telah sampai di halte CSW dan udara didalam busway rasanya begitu hangat.
ucapan ibu tadi benar, selama ini mungkin aku sebagai perempuan hanya fokus pada apa yang aku pakai di muka dan di badan. skincare mana yang cocok dan parfum apa yang baunya enak. semua lagi lagi tentang fisik. satu kalimat panjang ibu tadi menyadarkanku bahwa yang kelak menjadi abadi adalah karakter seseorang, kepribadian, ilmu yang bermanfaat, dan akhlak yang baik. semua yang sifatnya bisa di indra akan menua, habis, hilang, dan tiada. tapi hal yang kita berikan kepada orang lain, karakter baik yang dikenang banyak orang, kepribadian yang menjadi contoh akan abadi selamanya bahkan ketika orang itu telah tiada.
nasehat ini sungguh berarti untuk ku. kalimat berikutnya ibu tadi "jangan menyayangi seseorang karena fisik" sekarang aku mengerti poin ini. cinta dan jatuh cinta karena fisik adalah hal wajar terlebih manusia adalah makhluk visual, tapi dalam hubungan yang penting adalah komunikasi, obrolan tiap hari. seganteng atau secantik apapun seseorang tapi ketika tidak dalam satu frekuensi obrolan yang sama, hanya akan membuat terasa sia sia.
nasehat itu bukan sekedar kata yang numpang lewat karena gak sengaja bertemu di transjakarta. nasihat ibu tadi adalah cara allah untuk nasehatin aku. setiap kali dalam sholatku aku berdoa untuk selalu diberi petunjuk, di tuntun ke jalan yang lurus, dan dipertemukan dengan orang orang yang membimbingku. mungkin perantara ibu dengan disabilitas tadi adalah malaikat yang allah kirim agar aku semakin tawadhu.
cantik, ganteng, tinggi, putih, badannya bagus, beralis tebal dan seterusnya adalah tentang fisik. tapi yang lebih dari itu adalah kebaikan, ketakwaan, akhlak yang baik, ilmu yang bermanfaat, kecerdasan dan yang halus dalam berperasaan.
untuk seseorang yang aku temui di transjakarta, terimakasih atas nasihatnya.
Komentar
Posting Komentar