#2 HIDUP SELALU PUNYA TRAGEDI
Aku tidak menyangka, apa yang terjadi dalam hidupku bisa dibilang penuh lika liku. aku bercerita banyak dan panjang lebar hanya pada bait bait kata di halaman halaman kosong kertas. Mungkin, bila ku kumpulkan ada banyak "tragedi" yang menurutku, itu sebuah kesediah dan kesialan.
merunut jauh hingga ke masa kanak kanak? i'm not a good memorized, aku tidak banyak mengingat apa, bagaimana dan siapa saja yang mungkin berpotensi menjadi jurang kesialan ku. mungkin aku akan bercerita singkat dari aku yang tidak diterima FK. yaps benar gak salah dengar (btw ini tulisan memang tidak bisa didengar) but anyways, aku pernah ambis mati matian hanya untuk sebuah hal yang menurutku sekarang bukan "a big deal" untuk ditangisi.
cita citanya menjadi dokter, sebuah cita cita klise anak umur belasan yang belum tahu bagaimana cara meraihnya, apa yang harus disampaikan, dan berbagai pertanyaan detail yang kala itu jelas tidak pernah terpikirkan. Ditolak di berbagai universitas, harus mengubur dalam tentang mimpi akan panggilan dr. Aril Rizki Dewi Lestari Sp.FM.
Sebentar, biar aku jelaskan FM itu bukan saluran radio seperti yang ada di mobil untuk memecah keheningan. FM itu cabang dokter spesialis Forensik dan Medikolegal. yas, benar aku pernah bermimpi untuk menjadi dokter forensik. Pertama kali mendengar, orang tuaku tidak setuju, tentu sebab aku anak perempuan pertama dan satu satunya, jadi kalaupun aku menjadi dokter maka pilihannya adalah dokter dokter yang spesialis nya minim resiko dan tekanan.
Mungkin, bisa dibilang yang gampang gampang aja (padahal tidak ada cabang kedokteran manapun yang gampang) berkaitan dengan alasan kenapa forensik dan mediko legal?
aku pernah membaca sebuah buku, lupa bukunya apa tapi ingat jelas dengan kata kata yang membuat irama jantungku bisa berdebar dan merinding seluruh badan. buku tersebut menceritakan tentang bagaimana seorang dokter forensik bekerja. Dia bekerja dengan teliti dan cermat, membuang jauh jauh pikiran akan rasa takut dan khawatir kalau kalau ketika sedang "pembedahan" sang pasien turut serta berinteraksi dengan sang dokter.
kalimatnya jelas "terkadang, ada kalanya dia yang sudah mati dan terdiam, adalah dia yang paling jelas menceritakan" satu bait yang mampu menggugah sisi lain jiwa ku. Singkat cerita, aku tidak diperbolehkan untuk mengambil kuliah kedokteran.
mungkin itu tragedi bagiku, kala itu aku mengutuk dan merutuk akan kehidupanku, mempertanyakan apa mau tuhan hingga tega menghacurkan mimpi yang tidak seberapa.
Fast forward aku melihat diriku yang sekarang, merasa bersyukur akan cerita penolakan di fakultas kedokteran. Kalau saja kala itu aku tidak gagal menjadi dokter, mungkin aku sekarang sudah stress akan tuntutan segera cepat lulus, segera ambil Koas, dan banyak tuntutan lainnya.
Masih banyak mungkin mungkin lainnya yang jika aku beneran masuk di kedokteran itu semua hanya akan sebatas mungkin tidak pernah menjadi nyata.
karena hidup memang selalu punya tragedi.
Komentar
Posting Komentar